DON`T WORRY BE CRAZY

DON`T WORRY BE CRAZY!!!

Rabu, 19 Januari 2011

Reformasi PSSI Dengan STOP APBD


Mungkin anda sebagai pecinta bola di indonesia sudah sangat kesal dengan kondisi persepakbolaan di negeri ini, jika begitu sama dengan apa yang saya rasakan saat ini. Bagaimana tidak kompetitifnya tim nasional kita dan buruknya sistem di kompetisi liga domestik, dan tidak perlu di pungkiri itu adalah akibat dari buruknya manajemen di induk sepak bola negeri ini atau PSSI.

Dinegara lain selalu mencari terobosan baru dan belajar dari kegagalan , tapi para pengurusPSSI selalu beralibi dengan mengatakan kita kita sudah melakukan yang tebaik untuk menutupi kegagalan itu.Walaupun jutaan suara rakyat menginginkan perubahan tapi si Nurdin ketua umum pssi yang bermuka badak dan tidak punya malu tetap tidak mau turun dari kursi ketua umum PSSI walaupun hujatan dan cacian mendera mungkin dia pikir penjara sudah pernah di rasakan
buat apa malu.

Tapi apakah hanya dengan melengserkan nurdin halid saja dapat memperbaiki sepak bola di indonesia?. saya rasa tidak, karena perlu perubahan secara besar besaran pada tubuh induk organisasi bola negeri ini. Nurdin hanya ikonya saja tapi masih banyak yang lainya.

Salah satu faktor lain yang menurut saya menjadi penghambat kemajuan sepak bola indonesia adalah penggunaan dana APBD.Mengapa saya menyimpulkan demikian karena dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan daerah itu menjadisalah satu blunder bagi pengurus dan klub sepak bola pengelolaanya.Ketergantungan pendanaan dari APBD menjadikan pengurus cabang dan klub bola tidak mandiri dan kreatif untuk mencapai prestasi
karena mereka tidak terikat dengan sponsor yang biasanya meminta pencapaian target prestasi untuk terus dapat bereksistensi.Dengan adanya dana dari APBD mereka menjadi malas karena tidak ada cambuk berprestasi , yang dipikirkan klub mungkin hanya cukup bermain bola untuk bisa menarik dana dari APBD tanpa ada tanggung jawab yang jelas.

Bicara mengenai APBD untuk membiayai sebuah klub tidaklah jauh jauh dengan korupsi,kolusi dan nepotisme. Seperti yang banyak kita ketahui para pengurus klub yang berlaga di bawah bendera PSSI merupakan family, kerabat bahkanpejabat yang berwenang mengeluarkan APBD itu sendiri, ini tentunya sangatlah rawan dengan korupsi dan kolusi. inilah salah satu sebab mengapa pengurus cabang dan pengurus klub enggan untuk menurunkan nurdin halid walaupun
mereka menyadari di bawah komandonya sepak bola indonesia mengalami kemunduran prestasi. ini karena mereka ikut menikmati keaadan.Dana APBD yang ratusan milyar rupiah tentunya sangatlah sexy untuk melewatkanya tanpa menyentuh dan mengambilnya.mereka sadar menurunkan nurdin halid sama saja menghilangkan pundi pundi uang mereka dan publisitas gratis untuk berkampanye demi meraih massa dari pendukung klub.

ini tentunya akan sangat berbeda jika sebuah klub di tangani oleh para profesional dan sumber dana berasal dari sponsor maupun swasta yang tentunya akan menuntut transparansi yag selama ini tidak pernah mereka lakukan.Pertanggung jawaban akan sebuah prestasi akan selalu di tuntut dan tentunya ini akan berimbas kepada para pemain agar selalu disiplin dan memberikan yang yang terbaik untuk kelangsungan klub.


STOP PENGGUNAAN APBD UNTUK MEMBIAYAI KLUB..KARENA ITU SEBENARNYA MELEMAHKAN.....BIARLAH APBD DI GUNAKAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR OLAH RAGA SAJA......


UNTUK NURDIN Dan yang MERASAMEMAKAN UANG APBD MUNDURLAH SEBELUM KAMI TERDESAK ....DAN MEMAKAI JALAN ANARKIS....

Senin, 03 Januari 2011

sepak bola indonesia Demokrasi,Demokratisasi,Politisasi dan Gratifikasi

sepak bola indonesia
Demokrasi,Demokratisasi,Politisasi dan Gratifikasi

Pergelaran turnamen sepak bola negara negara ASEAN atau AFF SUZUKI CUP telah usai, walaupun kita tidak berhasil untuk menjuarai sampai keempat kalinya setelah kita mencapai final namun timnas garuda tetap selalu menjadi juara untuk bangsa ini dan akan selau di dada para pendukung.
Sukses menggelar perhelatan,namun bukan berarti hanya keuntungan materi yang harus di hitung oleh otoritas sepak bola tertinggi di negeri ini, namun bagaimana keuntungan tesebut harus dapat digunakan untukmembenahi sitem dan mengembangkan sepak bola negeri ini agar mimpi menjadi juara segera tercapai.
Masih teringat bagaimana carut marut sistem penjualan tiket pertandingan.Ketidak becusan pendistribusiannya bahkan sampai harus meminta korban karena padatnya antrian yang menyebabkan kericuhan.Kalau saja PSSI tidak serakah, bisa saja itu terhindar seperti bekerja sama dengan pihak lain contohnya retailer- retailer atau supermarket yang sudah tersebar luas di negeri ini untuk mendistribusikanya, atau memang karena mereka yang merangkap calo takut kehilangan pendapatanya?
tapi adilkah ini bila di bandingkan dengan mereka yang rela kepanasan dan kehujanan ber jam-jam bahkan
sampai menginap tetapi harus kecewa tiket tak dapat di dapat dan ada yang palsu.
Selain carut marut penjualan tiket, aroma kampanye terselubung para politisi juga menjadi tontonan yang kurang sedap . Di sadari atau tidak sepak bola sebenarnya adalah hiburan paling di gemari bangsa ini
yaang secara bathin sebenarnya adalah pelampiasan emosional keinginan rakyat untuk bersatu secara sportifitas setelah mereka bosan dengan politik yang telah mengkotak-kotakanya.Kehadiran para politisi
mendompleng ketenaran sepak bola yang penulis sendiri tidak tahu apakah mereka membeli tiket seperti mereka yang antri berdesakan berjam-jam atau secara gratis seperti yang sedang KPK pertanyakan. kalau para pejabat dulu mengaku beli sedangkan PSSI bilang mereka di undang jadi tidak
beli alis gratis. kalau begitu dulu mereka beli sama siapa dan ke mana uangnya? kalau mereka di undang.
Lepas dari masalah gratifikasi banyaknya agenda TimNas untuk sesi politisasi PSSI di tenggarai sedikit menghilangkan gairah konsentrasi pertandingan para pemain.Banyaknya agenda yang tidak ada relevansinya seperti menemui tokoh politik yang dengan sekali perintah bisa menjinakan hati si bos PSSI
untuk menurunkan harga tiket yang sudah di buat tidak masuk akal untuk di bandingkan dengan pendapatan penduduk negeri ini yang ingin menonton pahlawanya beraksi, padahal kita tahu kalau bosnya PSSI ini sulit sekali untuk mau menerima yang namanya aspirasi sebagian besar para pecinta bola
untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya yang nyata gagal mengurus PSSI dan sepak bola negeri ini.
dengan mengatas namakan demokrasi dia selaluberdalih bagai seorang pemimpin yang otoriter. kasus
terbaru contohnya bagi pemain bola yang akan ikut bergabung di liga primer indonesia atau liga profesional yang bukan naungan kekuasaanya dan tidak menggunakan dana APBD di ancam di coret dari
TIMNAS, ini seperti TIMNAS adalah miliknya sendiri padahal membela bangsa adalah hak dan kewajiban
sebagai rakyat negeri ini.


JAYALAH NEGERIKU...JAYALAH BANGSAKU
MAJU TERUS GARUDAKU..!!!!

KAMI LELAH DENGAN POLITIK YANG MEMISAHKAN KAMI DENGAN PARA SAUDARA KAMI
DENGAN SEPAK BOLA KAMI BERSATU KEMBALI......!!!!
TOLONG JAUHKAN POLITIK DARI SEPAK BOLA
KAMI INGIN BERSATU !!!! MEMBELA DAN MENDUKUNG INDONESIA...!!!!!

Kamis, 18 November 2010

Penari dari negeri OKNUM

Jika disamakan dengan dunia wayang, negeri para oknum ini mungkin bisa di katakan sedang
tejadi goro-goro. Seperti yg di gambarkan disitu segala element alam murka,samudra bergoncang
meluap,gunung meletus, pepohonan tumbang dan terjadi banjir bandang...
Biasanya sebelum adanya goro-goro selalu dimulai dengan adanya perang yg terjad iantara ke-
bajikan melawan keburukan, dimana pihak yg benar sementara waktu mengalami kekalahan lalu
timbulah goro-goro itu sekaligus untuk bahan instropeksi dan belajar kembali untuk menyusun kekuatan melawan kejahatan.

Lain dunia wayang lain pula dunia nyata di negeri oknum( di katakan negeri oknum karena tidak ada yg mau mengaku pejabat,aparat dst, sebagai para penegak hukum mereka lebih senang
di panggil oknum saja). Sebenarnya kehidupan di sini cukup kondusif dan harmonis di mana komu-
kasi lobi-lobi berjalan terus, rasa saling berbagi rejeki suap menyuap pun lancar....tapi tanpa adanya perang sungguh mengherankan tiba tiba secara hampir bersamaan kalabendhu goro-goro itu datang menghampiri negeri oknum ini, tak tahu mana pihak yg baik mana pihak yg buruk, kini para oknum pejabat hanya bisa saling tuding dan curiga sampai sampai oknum tahanan yang adapun di biarkan bebas bertamasya ke bali karena takut ikut ikutan kena stress
memikirkan goro-goro.
Karena tidak ada yang mau di jadikan sebagai tokoh pihak jahat, akhirnya semua sepakat bagaimana kalau dalam sidang instropeksi dan penyusunan kekuatan melawan musuh yang kini
sudah di sepakati bahwa musuhnya adalah kemiskinan maka kita harus memperkaya diri sendiri masing masing, dan bagi yg tidak mampu mengerjakan cukup mengatakan saja bahwa negeri kita adalah negeri yang kaya akan Alamnya.dengan demikian kita akan di cap sebagai rakyat yang kaya karena punya negeri yang kaya.
Akhir sidang memutuskan untuk rakyat yang terlanjur kena bencana goro-goro akan dihibur
oleh para oknum pejabat itu sendiri dengan tarian dan nyanyian ciptaanya mereka sendiri yang
temanya" negeri ini bagaikan di surga nggak ada dajjal dan kemunafikan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat oknum"....
peetttttt.....lampu padam,.......
belum sempat selesai aku menghayal akan para napi tahanan yang
miskin bagaimana kabarnya, apa mereka mampu bayar liburan ke bali juga??...
ada subsidi nggak ya ? nggak adil rasanya kalo nggak ikut liburan ke bali, mending kalo di ajak ikut study tour keluar negeri................NGAREPPPPPPP!!!!!!! Muke lu tuch jauh....!!#